Tampilkan postingan dengan label Konservasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Konservasi. Tampilkan semua postingan

29 November, 2016

Gelar Aksi MAPALA UMSU XI (GAM XI) 2016

SERTIFIKASI SCUBA DIVING A1 dan A2
Dari Laut Untuk Kelestarian Alam 


JANGAN LEWATKAN KESEMPATAN INI !!

Mapala UMSU proudly presents
Gelar Aksi Mapala Umsu XI 2016
#darilautuntukkelestarianalam

yuk mengenal lebih dekat ekosistem laut dengan olahraga scuba diving.
catat tanggalnya : 14 s/d 19 Desember 2016
lokasi di : Auditorium UMSU, Kolam Renang Selayang Medan, dan Pulau Sala Namo - Kabupaten Batu Bara

dengan investasi IDR 1.500K untuk mahasiswa dan IDR 1.700K untuk umum kamu bisa memiliki sertifikat A1 atau A2 dengan lisensi internasional CMAS.

kamu akan difasilitasi peginapan, transportasi darat dan penyeberangan laut dari Medan menuju Pulau Sala Namo ; Kabupaten Batu Bara (PP), Konsumsi selama kegiatan, Snack, Baju Kegiatan,diktat selam, logbook selam, perlengkapan diving selama pelatihan.
gak cuma nyelam gaes, kita akan diajarkan teknik dan konservasi terumbu karang oleh pemateri yang berkompeten dibidangnya
( pssst, gak cuma materi loh .. kita bakalan langsung aplikasi teknik transplantasi terumbu karang juga,yeayy !)

ayo kapan lagi bisa punya sertifikasi A1 Atau A2 scuba diving internasional dengan biaya semurah dan fasilitasnya sekomplit ituuuuu ( boleh di cek&ricek dehhhh hehe)
kuota hanya 30 seat loh, jadi jangan sampai ketinggalan.

( DAFTAR SEKARANG JUGA )
more info contact : pohan 082166931532
pantengin terus social media mulai dari fb, ig, twitter,blog, youtube Mapala Umsu.



Selengkapnya.....

17 Mei, 2008

Pendidikan Konservasi…apa perlunya sih?


Pendidikan Konservasi adalah sebuah program yang dikemas dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat agar lebih sadar dan lebih perhatian mengenai lingkungan dan permasalahan serta hubungan timbal baliknya. Tingkat pengetahuan, sikap, ketrampilan dan motivasi untuk bekerja dan memecahkan masalah saat itu dan mencegah timbulnya permasalahan yang baru.



Program ini sering memusatkan pada pendidikan formal seperti sekolah, pondok pesantren atau non formal yang banyak dilakukan oleh lembaga-lembaga yang peduli terhadap pelestarian alam, seperti lembaga swadaya masyarakat ataupun instansi pemerintah yang terkait langsung dengan usaha itu, ke berbagai kalangan.

Pendidikan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, tak hanya presentasi dengan multimedia yang menunjukkan gambar kerusakan dan bencana. Tidak harus putar film tentang keindahan alam kalau kita melestarikan, atau dengan melakukan aksi yang menunjukkan bahwa “kami peduli konservasi”. Namun pendidikan konservasi dapat dilakukan dengan melihat apa yang sedang disukai oleh kelompok masyarakat tertentu.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, tidak harus menggunakan judul pendidikan lingkungan hidup atau apapun yang berbau lingkungan atau pelestarian. Anak-anak kecil diajak untuk menjadi pengamat sungai atau got di depan rumah, dengan mengambil air yang dituangkan ke dalam gelas atau plastik dan membandingkan dengan air yang bersih dan jernih yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, merupakan pengalaman dini untuk mengenal tentang pencemaran lingkungan.
Pengenalan di lapangan seperti itu akan lebih mencapai tujuan untuk memperkenalkan kehidupan di sekitar kita. Masih banyak cara yang dapat digali untuk memperkenalkan dampak positif dan negatif yang ada di sekitar kita.


Affan Surya (MU 003 IST)

Selengkapnya.....

08 Mei, 2008

Kegiatan Mandiri Anggota Muda MAPALA UMSU

Setiap tahunnya, angkatan terbaru yang telah dilantik menjadi anggota MAPALA UMSU, disyaratkan untuk melakukan kegiatan mandiri untuk dapat promosi menjadi anggota biasa. Hal ini adalah mutlak, mengingat para anggota muda akan dihadapkan kepada kegiatan-kegiatan yang lebih banyak sewaktu menjadi anggota biasa. Jadi inilah adalah bentuk pembelajaran dan adaptasi yang bermanfaat bagi anggota untuk kedepannya.



Dan pada tahun ini kegiatan mandiri kali ini berjudul "AKSI PEDULI MAPALA UMSU" yang insya Alloh akan dilaksanakan pada tanggal 09 s/d 11 mei mendatang, dimana kegiatan tersebut berlokasi di Pantai Kuala Putri, Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin. Dengan tema "Dengan Pembersihan dan penanaman, kita lestarikan lingkungan", kegiatan mandiri kali ini melakukan berbagai kegiatan, antara lain :

- Penaman Mangrove
- Aksi bersih pantai
- Diskusi film lingkungan
- Penyumbangan pakaian layak pakai.

Kegiatan mandiri kali ini adalah bentuk aksi, yang merupakan rangkaian kegiatan-kegiatan MAPALA UMSU yang peduli terhadap lingkungan. Diharapkan hal ini memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Selengkapnya.....

22 Januari, 2008

Global Warming

Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.


Cuaca

Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengeci
l. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.

Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen un
tuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.



























Tinggi muka laut

Ket
ika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 - 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.

Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.

Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.

Pertanian

Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.

Hewan dan tumbuhan

Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

Kesehatan manusia

Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen penduduk dunia tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria; persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika temperature meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria, seperti demam dengue, demam kuning, dan encephalitis. Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari.

Teks : Wikipedia
Image : Andaiy, MAPALA UMSU


Selengkapnya.....

Konservasi

Indonesia adalah pemilik 126,8 juta hektar hutan. Hutan seluas ini merupakan tempat tinggal dan pendukung kehidupan 46 juta penduduk lingkar hutan. Namun, saat ini, hutan kita berada dalam kondisi kritis. Laju perusakan hutan di Indonesia mencapai 2 juta hektar per tahun. Artinya, tiap tahun kita kehilangan areal hutan kurang lebih seluas Pulau Bali.

Kerusakan hutan kita dipicu oleh tingginya permintaan pasar dunia terhadap kayu, meluasnya konversi hutan menjadi perkebunan sawit, korupsi dan tidak ada pengakuan terhadap hak rakyat dalam pengelolaan hutan.






























Hilangnya hutan dan bencana


Sebenarnya, hutan Indonesia hanya mampu memasok 46,77 juta meter kubik kayu bulat tiap tahunnya. Sayangnya, hal ini tak dipahami secara baik oleh pelaku industri kehutanan. Mereka terus saja menambah kapasitasnya tanpa memperhatikan kemampuan alam. Kapasitas industri kayu Indonesia mencapai 96,19 juta meter kubik, dua kali lipat kemampuan hutan Indonesia. Maraknya pembalakan liar adalah akibat dari ketimpangan permintaan dan ketersediaan kayu yang semakin meluluhlantakkan hutan kita. Tercatat total kayu ilegal untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam negeri mencapai 30,18 juta meter kubik, yang telah menyebabkan kerugian negara sebesar Rp. 36,22 triliun pada tahun 2006.


Ilmuwan di berbagai belahan dunia telah membuktikan hubungan langsung antara kerusakan hutan dengan bencana banjir dan longsor, konflik dengan masyarakat, hilangnya keanekaragaman hayati, timbulnya kebakaran hutan dan juga sebagai salah satu faktor pemicu perubahan iklim global.

Pada tahun 2006 saja, terjadi 59 kali bencana banjir dan longsor yang memakan korban jiwa 1.250 orang, merusak 36 ribu rumah dan menggagalkan panen di 136 ribu hektar lahan pertanian. WALHI mencatat kerugian langsung dan tak langsung yang ditimbulkan dari banjir dan longsor rata-rata sebesar Rp. 20,57 triliun setiap tahunnya, atau setara dengan 2,94% dari APBN 2006!

Teks : Walhi
Image : Andaiy, MAPALA UMSU



Selengkapnya.....