Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

22 April, 2015

SUNGAI DELI RIWAYATMU KINI



SUNGAI DELI RIWAYATMU KINI


Medan, kota metropolitan terbesar diluar pulau Jawa sekaligus kota metropolitan terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya. Sebagai kota yang maju sudah semestinya kota Medan memiliki perencanaan yang matang untuk pengelolaan sungai. Sungai yang sejatinya menjadi satu dari beberapa unsur penunjang kehidupan harus menjadi sorotan penting pemerintah, karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Sungai Deli merupakan satu dari delapan sungai yang dimiliki oleh Kota Medan selain Sungai Babura, Sungai Sekambing, Sungai Denai, Sungai Putih, Sungai Badra, Sungai Sulang, Sungai Belawan.

Sejatinya pada zaman kerajaan deli sungai deli dijadikan jalur perdagangan dari satu daerah ke daerah lain. Namun pada saat ini keberadaan sungai deli terkesan diabaikan baik oleh pemerintah maupun masyarakat kota medan. Hal ini dibuktikan dengan kerusakan lingkungan yang terjadi di bantaran sungai deli yang disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan, hal ini diperparah oleh oknum – oknum pabrik yang beroperasi di sekitar aliran sungai deli, menurut pengakuan warga masih ada beberapa pabrik yang membuang limbah hitam pekat pada jam – jam tertentu, biasanya pada waktu malam hari dan ketika hujan deras.

Persoalan limbah tentu bukan masalah sepele dan bukan juga masalah yang baru seminggu yang lalu terjadi. Kerusakan lingkungan di Sungai Deli sudah menjadi agenda rutin yang wajib ditanggulangi, namun seyogyanya seberapa kuatpun peran pemerintah dalam memperbaiki Sungai Deli tanpa didukung oleh peran aktif  masyarakat tentu akan menjadi agenda seremonial belaka. Kurangnya kesadaran masyarakat dengan masih membuang sampah ke sungai semakin memperparah kualitas air sungai deli padahal sumber air masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungai ( DAS ) Deli adalah dari sungai deli tersebut. Hal ini tentu saja menjadi sebuah ironi dan pemandangan yang memprihatinkan. Sungai yang juga menjadi sarana bermain dan berinteraksi bagi anak – anak yang tinggal diseputaran DAS Deli harus terkontaminasi dengan limbah pabrik dan limbah rumah tangga dari pembuangan parit – parit di sekitar sungai deli.


keceriaan bocah - bocah sungai deli

Limbah yang mencemari sungai deli didominasi oleh limbah padat dan cair yakni sekitar 70%. Limbah domestik padat ataupun sampah yang dihasilkan Kota Medan yang mencapai sekitar 1.235 ton setiap harinya. Tentu hal ini menjadi satu polemik dan tugas besar kita bersama selaku masyarakat Kota Medan, seperti terlihat di sepanjangan DAS Deli masih banyak gunungan – gunungan sampah yang juga berdampingan dengan pemukiman warga.

Rekreasi ke Sungai Deli.
Derah Aliran Sungai ( DAS ) Deli sering terabaikan sebagai ruang terbuka hijau yang semestinya bisa menjadi solusi untuk sarana rekreasi bagi masyarakat kota Medan,sungai yang panjangnya 71, 91 Km dan lebar 5, 58 Km dan melintasi tiga kabupaten/ kota yakni Tanah Karo – Deli Serdang dan Kota Medan bila dikaji lebih dalam sangat berpotensi menjadi kawasan wisata murah meriah bagi masyarakat kota Medan khusunya.. Hal ini tentu tidak lepas dari peran dan fungsi pemerintah kota Medan dalam penyediaan ruang terbuka hijau baik berupa pemanfaatan daerah aliran sungai deli menjadi taman. Namun apadaya sungai deli kini dipenuhi oleh bukit – bukit sampah dan air terjun yang bersumber dari limbah.

Untuk mewujudkan sungai deli yang bebas dari sampah padat dan limah cair tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Segala upaya harus kita maksimalkan mulai dari kampanye dan penyulahan prilaku hidup bersih dan sehat, dampak pembuangan sampah padat ke sungai yang mengakibatkan banjir, penyampaian kepada masyarakat akan pentingnya arti konservasi seluruh lapisan masyarakat harus tau bahwasanya bumi yang kita tinggali sudah terlalu lelah mencerna dan mengurai sampah – sampah padat yang kita buang tanpa bertanggungjawab membantu bumi mengurainya. Bayangkan  satu lembar sampah plastik memakan waktu hingga 450 tahun dalam penguaraiannya, kita bisa belajar dan mengaplikasikan tat cara pemanfaatan barang bekas menjadi barrang daur ulang yang berguna bagi kehidupan kita sehari – hari. harapan akan Sungai Deli yang lestari tentunya tidak boleh sirna. Selamat Hari Bumi 22 April 2015 . mari bersam kita jaga dan lindungi sungai deli. Lestari alamku !

Penulis adalah kabid DIKLAT UKM MAPALA UMSU T.A 2013-2014
Mahasiswi FISIP UMSU

Selengkapnya.....

26 Maret, 2012

oh... Alam Kuuu...

Alamku...

Tempat aku hidup dan dilahirkan

Tempat dimana aku bisa hidup

Tempat dimana aku bisa bernapas

Alamku...

Aku sangat berterima kasih

Aku ingin bisa selalu menjagamu

Dari ancaman-ancaman tercemarnya keindahan-keindahanmu

Alamku...

Kau begitu indah

Hutanmu yang indah

Tempat dimana mencegah banjir

Udaramu yang segar

Udara yang aku hirup

Alamku..

Aku simpati kepadamu

Karena keindahanmu tercemar

Aku ingin keindahan-keindahanmu itu tetap terjaga

Aku akan menjagamu……

(*/kadral-ulil)

Selengkapnya.....

19 Maret, 2012

Hutan Ku Semakin Terang Benderang















photo: ulil

Hutan kita tak lagi garang yang seperti kau pikirkan...
mengapa semua ini terjadi???
apakah persoalan ini di sebabkan prekonomian???
apa hanya memperkaya diri sendiri???
tak dapat terjawab...
"HUTAN DI TEBANG KERING KERONTANG, HUTAN DI TEBANG BANJIR DATANG"

Selengkapnya.....

18 Maret, 2012

bersatu untuk satu tujuan


pada saat-saat tertentu Allah menggunakan cara-cara yang unik untuk mendidik kita.

Allah memberi kita Kekuatan…

dengan cara memberi kita kesulitan-kesulitan untuk membuat kita tegar.

Allah memberi kita kebijakan…

dengan cara memberi kita berbagai persoalan hidup untuk diselesaikan agar kita bertambah bijaksana.

Allah memberi kita kemakmuran…

dengan cara memberi kita Otak dan Tenaga untuk dipergunakan sepenuhnya dalam mencapai kemakmuran.

Allah memberi kita Keteguhan Hati…

dengan cara memberi Bencana dan Bahaya untuk diatasi.
Allah memberi kita Cinta…

dengan cara memberi kita orang-orang bermasalah untuk diselamatkan dan dicintai.

Allah memberi kita Kemurahan Kebaikan Hati…

dengan cara memberi kita kesempatan-kesempatan yang silih berganti.
semoga kita makin mengerti ini,

sehingga apapun yang terjadi,

kita terus dapat bersatu dalam satu tujuan

serta selalu tersenyum dan mengucapkan “Alhamdulillah” di hati dan di bibir kita.

semoga Kita semakin sadar bahwa alam dan isinya adalah titipan Allah

Yang harus kita jaga dan lestarikan untuk anak cucu kita nanti,,,

Hari ini tongkat estapet itu ada pada kita,,,

Mari bergandeng tangan brother n sister untuk Terus berkarya dan melakukan yang terbaik untuk mapala umsu..

Bravo mapala umsu,,,

LESTARI….



0leh : MU 090 SPR

Selengkapnya.....

17 Maret, 2012

6 Fungsi Hutan INDONESIA

Indonesia adalah sebagai salah satu negara dengan luas hutan terbesar di dunia sangat perlu melakukan konservasi dan pengelolaan hutan untuk kelestarian dan keseimbangan ekosistem alam di bumi. berbagai jenis hutan yang ada di inedonesia memiliki fungsi sebagai berikut.

  1. Mencegah erosi dan tanah longsor. Akar-akar pohon berfungsi sebagai pengikat butiran-butiran tanah. Dengan ada hutan, air hujan tidak langsung jatuh ke permukaan tanah tetapi jatuh ke permukaan daun atau terserap masuk ke dalam tanah.
  2. Menyipan, mengatur, dan menjaga persediaan dan keseimbangan air di musim hujan dan musim kemarau.
  3. Menyuburkan tanah, karena daun-daun yang gugur akan terurai menjadi tanah humus.
  4. Sebagai sumber ekonomi. Hutan dapat dimanfaatkan hasilnya sebagai bahan mentah atau bahan baku untuk industri atau bahan bangunan. Sebagai contoh, rotan, karet, getah perca yang dimanfaatkan untuk industri kerajinan dan bahan bangunan.
  5. Sebagai sumber plasma dutfah keanekaragaman ekosistem di hutan memungkinkan untuk berkembangnya keanekaragaman hayati genetika.
  6. Mengurangi polusi untuk pencemaran udara. Tumbuhan mampu menterap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh makhluk hidup.

Selengkapnya.....

16 Maret, 2012

Jangan

jangan pernah mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba
jangan pernah menyerah jika kamu masih merasa sanggup
jangan pernah mengatakan kamu tidak mencintainya lagi
jika kamu masih tidak dapat melupakannya.

(ulil amri)

Selengkapnya.....

Selengkapnya.....

duka malin kundang


Malin Kundang adalah cerita rakyat yang berasal dari provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Legenda Malin Kundang berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu. Sebentuk batu di pantai Air Manis, Padang, konon merupakan sisa-sisa kapal Malin Kundang. Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang. Karena merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agardapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.

Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau
dengan menumpang kapal seorang saudagar.Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar
tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajaklaut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajaklaut. Malin Kundang beruntung, dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para bajak laut.

Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagangdengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya. Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil.

Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya. Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya. Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. “Malin Kundang, anakku, mengapa kau
pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu bila hal ini diketahui oleh istrinya dan juga anak buahnya.

Mendapat perlakukan seperti itu dari anaknya ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga
anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menyumpah anaknya “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”. Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Aia Manih, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.

Itulah cerita Malin Kundang yang durhaka pada Ibunya sendiri yang akhirnya mendapatkan kutukan menjadi batu. dengan kisah ini kita bisa bercermin untuk tidak melakukan hal yang bersipat dosa atau durhaka, karena memang sejelek apapun Dia Ibu kita, tak perlu malu untuk mengakuinya. Semoga dengan kisah ini kita atau pembaca semua bisa mengambil hikmahnya.

Selengkapnya.....

27 November, 2009

SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA SEMUANYA..



SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1430H buat semuanya, semoga segala amal perbuatan kita, terkhusunya ibadah kurban diterima Alloh Subhanahu wa ta'ala.



Dan bagi yang melaksanakan ibadah haji, kami doakan semoga menjadi haji yang mabrur. Amin ya robbal alamin.



Selengkapnya.....

16 Agustus, 2009

Pelajaran Berharga dari Desa Pindol Kec. Lolak Kab. Bolaang Mongondow (Bolmong) Sulawesi Utara


“Jangan lupa tali rafia juga di bawa….buat apa? Ntar kita buat jadi penghubung dalam permainan jaring-jaring kehidupan. O…kirain buat apa. Yah…kan gak apa juga dibawa. Pasti ada aja perlunya. Ok sip…dah didalam mobil semua. Coba check list ulang. Genset, multimedia proyektor, layar kain, wireless microphone, minyak bensin buat genset, kabel-kabel. Apalagi yah kira-kira….



Ini sebagian percakapan menjelang keberangkatan kita ke lokasi target sasaran Awareness program. Program ini merupakan salah satu program yang sedang di jalankan kawan-kawan dari Wildlife Conservation Society – Sulawesi Program (WCS). Dan program ini bekerjasama dengan CTRC (Conservation Training & Resource Centre) bogor serta Yayasan Rimbawan (LSM lokal Kotamobagu).



Hari Kamis tanggal 19 Maret 2009 yang lalu, kita berangkat menuju Desa Pindol Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolaang Mangondow (Bolmong) Sulawesi Utara. Desa ini berbatasan dengan Taman Nasional Bogani Nani Watabone, Salah satu Taman Nasional yang terdapat di Sulawesi Utara. Terdapat dua Taman Nasional di Sulawesi Utara. Yaitu Taman Nasional Bogani Nani Watabone dan Taman Nasional Bunaken.

Secara geografis, desa Pindol terletak tepat berbatasan dengan Taman Nasional Bogani Nani Watabone. Dengan jumlah penduduk 700 KK menjadikan desa ini terbagi atas dua dusun. Sektor pertanian menjadi pendapatan utama dari masyarakat desa yang berada pada ketinggian 70-80 mdpl ini. Mayoritas penduduk beragama Islam dan terdapat satu buah SD negeri dan satu buah SMP Negeri. Yang sangat memprihatinkan adalah keterbatasan guru di desa Pindol tersebut. Jumlah siswa SD negeri Pindol sekitar 200 anak dan hanya memiliki 2 orang guru, dimana salah seorang gurunya juga menjabat sebagai Kepala Sekolah SD. Sementara jumlah siswa SMP negeri Pindol sekitar 60 orang anak dan hanya memiliki 2 orang guru, dimana salah satu gurunya juga menjabat sebagai kepala sekolah SMP negeri. Tragis memang kehidupan sekolah didesa Pindol ini, dimana jaman yang sedang pesta korupsi dan biaya pendidikan yang sangat mahal. Apakah sedemikian tragisnya siswa-siswa sekolah di desa pindol ini? Sampai-sampai tidak ada guru yang tertarik untuk mengabdikan dirinya pada desa pedalaman? Apakah Omar bakri hanya cerita dalam narasi lagu seorang “Iwan Fals”…tragis…sunguh tragis….Yang paling membuat saya bingung dengan keputusan pemerintah untuk membebaskan biaya sekolah apakah berarti buat mereka yang kekurangan tenaga pengajar?

Belum hilang kesedihanku melihat nasib yang dilanda sekolah di desa Pindol tersebut, ternyata masyarakat juga sangat tidak jauh berbeda nasibnya dengan para siswa yang tidak mempunyai guru. Kehidupan masyarakat mayoritas adalah petani sawah dan kebun. Banyak persoalan yang dihadapi mereka, tapi apa daya…karena keterbatasan yang mereka miliki menjadikan mereka pasrah akan keadaan yang dialami pada saat pertanian dan perkebunan mereka di serang hama. Sementara penyuluh pertanian yang diharapkan hanya datang 3 kali dalam setahun. Itupun hanya sekedar melihat situasi sambil membuat laporan singkat, seakan-akan penyuluh tersebut rutin datang memberikan penyuluhan di desa tersebut. Sebegitu parahkah pemerintahan kita sekarang ini, sampai mengabaikan tugas utama mereka yang seharusnya melayani masyarakat? Apakah ini memang fenomena di tanah air tercinta ini? Aku tidak mampu berbuat banyak. Hanya bermodalkan ilmu yang kumiliki, sedikit menghibur masyarakat dan siswa sekolah di desa ini. Seandainya aku masih diberi kesempatan, aku akan membagi kebahagianku dengan mereka. Harapanku semoga aku bisa menghibur mereka.



Affan Surya
MU 003 IST

Selengkapnya.....

08 Juli, 2008

Sejarah Arung Jeram

Sejak zaman purba kala manusia yang mendiami bumi ini lebih banyak tinggal di daerah dimana terdapat banyak air. Dalam melangsungkan hidupnya manusia selalu mengarungi sungai-sungai untuk mencari bahan makanan atau yang lainnya. Dan peralatan yang mereka pergunakan adalah benda-benda yang terdapat disekitar mereka misalnya, batang pohon yang diikat banyak sebagai media untuk mengapung. Ada juga yang membuat perahu dari batang pohon yang besar dimana batang pohon tersebut kemudian dilubangi. Suku di Canada zaman dahulu telah memulai pengembangannya, lalu orang-orang Carib Indian mengembangkannya dan menamakannya Pirogue, sedangkan orang primitif biasa menyebutnya Dug Out Canoe. Orang-orang Maoris dari New Zealand mengembangkan Dug Out Canoe maha besar untuk mengangkut pasukan tempur mereka. Sementara suku Kwakiuti Indian daei Vancouver, Canada mengiasi perahu mereka dengan ukiran yang indah. Bark Out Canoe adalah pengembangan dari Dug Out Canoe, dimana dibuat dari tempelan papan-papan oleh orang Indian Amerika Utara. Orang Eskimo mencip takan Skin Covered Craft yaitu perahu yang dibungkus dengan kulit binatang agar tidak tembus air.



Akhirnya pada abad 19 seorang pramuka bernama John Macgregor mengembangkan kendaraan air ini untuk rekreasi dan olah raga. Zaman terus berkembang, orang tertarik akan keindahan dan lingkungan sungai dan terus mengembangkan kegiatan ini. Material perahu ini juga berkembang hingga ke plastik, aluminium, fiberglass dan karet.
Selanjutnya orang mulai berfikir bagaimana caranya agar dapat mengarungi sungai dengan kendaraan yang dapat menampung penumpang lebih banyak dan perbekalan. Setelah perang dunia II usai, perahu angkatan laut milik Amerika mulai digunakan untuk mengarungi sungai. Namun perahu ini didesain untuk menerjang ombak laut, bukanlah untuk di jeram. Arung jeram dilakukan dengan menggunakan perahu bulat yang disebut"Basket Boat" karena bentuknya mirip keranjang. Perahu ini selalu penuh dengan air bahkan hanya dengan melewati jeram kecil. Sampai saat ini perahu jenis ini masih digunakan pada sungai yang mudah.
Di tahun 1950, sebagai kegiatan yang mulai banyak digemari, kualitas perahupun ditingkatkan. Maka mulailah diproduksi perahu khusus untuk arung jeram dengan bentuk khusus yang naik dibagian depan dan belakangnya dengan material yang lebih kuat dan dapat mengangkut orang dan perbekalan lebih banyak.
Sampai tahun 1983, para pengarung jeram tidak mempunyai pilihan lain selain menimba air keluar perahu setelah melewati jeram. Para pengarung jeram sering mengalami "mimpi buruk" bila harus kehilangan "timba alias ember" untuk menimba perahu.
Setelah beberapa macam perahu dicoba, tahun 1983 perahu dapat mengeluarkan air sendiri disebut"Self Bailer" berhasil diproduksi oleh Jim Cassady. Kunci sukses perahu ini

adalah lantainya yang diberi angin. LAntai yang berisi udara ini akan selalu mengapung di atas permukaan air sehingga dengan sendirinya air keluar lewat lubang disekeliling lantai perahu.
Negara kita yang hampir sebagian besar terdiri dari air tidaklah mengherankan kalau sejak dulu kala bangsa kita sudah mengenal pengarungan sungai. Misalnya di pulau Kalimantan suku-suku Dayak telah lama mengarungi sungai MAhakam atau Kapuas dengan perahu biduk, yang juga terbuat dari batang pohon yang dilubangi, juga suku-suku pedalaman di Irian, yang hidup disekitar sungai Mamberamo. Dan suku-suku lain di nusantara ini.
Sedangkan kegiatan pengarungan sungai berarus deras dengan menggunakan perahu karet yang tercatat dalam sejarah adalah ketika diselenggarakannya Lomba Arung Sungai Citarum I yang diadakan oleh kelompok pendaki gunung dan penempuh rimba Wanadri, Bandung, yang juga mendapat dukungan dari Angkatan LAut kita.
Momen ini boleh dikatakan sebagai titik tolak dari perkembangan arung jeram di INdonesia. Klub-klub pecinta alam seperti Wanadri dan MApala UI yang kemudian melakukan serangkaian kegiatan ekspedisi. Selain menggunakan perahu karet kegiatan ini juga sudah dikembangkan dengan menggunakan kayak dan canoe.
Ekspedisi Internasional pertama di bidang arung jeram ini dilakukan oleh klub Aranyacala Trisakti yang mengarungi sungai-sungai bagian CAlifornia, ,Oregon dan Idaho, USA pada tahun 1992.
Melihat perkembangan yang sangat pesat dari kegiatan ini pada era 90-an, bebrapa penggiat mulai membutuhkan suatu wadah komunikasi bagi para penggiat arung jeram di Indonesia. Pada tanggal 29 Maret 1996, berdiri Federasi Arung Jeram Indonesia, yang dibidani oleh 30 klub arung jeram baik komersil maupun amatir. Ini adalah satu titik tolak menuju perkembangan orde baru dalam dunia arung jeram Indonesia



Selengkapnya.....

17 Mei, 2008

Pendidikan Konservasi…apa perlunya sih?


Pendidikan Konservasi adalah sebuah program yang dikemas dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat agar lebih sadar dan lebih perhatian mengenai lingkungan dan permasalahan serta hubungan timbal baliknya. Tingkat pengetahuan, sikap, ketrampilan dan motivasi untuk bekerja dan memecahkan masalah saat itu dan mencegah timbulnya permasalahan yang baru.



Program ini sering memusatkan pada pendidikan formal seperti sekolah, pondok pesantren atau non formal yang banyak dilakukan oleh lembaga-lembaga yang peduli terhadap pelestarian alam, seperti lembaga swadaya masyarakat ataupun instansi pemerintah yang terkait langsung dengan usaha itu, ke berbagai kalangan.

Pendidikan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, tak hanya presentasi dengan multimedia yang menunjukkan gambar kerusakan dan bencana. Tidak harus putar film tentang keindahan alam kalau kita melestarikan, atau dengan melakukan aksi yang menunjukkan bahwa “kami peduli konservasi”. Namun pendidikan konservasi dapat dilakukan dengan melihat apa yang sedang disukai oleh kelompok masyarakat tertentu.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, tidak harus menggunakan judul pendidikan lingkungan hidup atau apapun yang berbau lingkungan atau pelestarian. Anak-anak kecil diajak untuk menjadi pengamat sungai atau got di depan rumah, dengan mengambil air yang dituangkan ke dalam gelas atau plastik dan membandingkan dengan air yang bersih dan jernih yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, merupakan pengalaman dini untuk mengenal tentang pencemaran lingkungan.
Pengenalan di lapangan seperti itu akan lebih mencapai tujuan untuk memperkenalkan kehidupan di sekitar kita. Masih banyak cara yang dapat digali untuk memperkenalkan dampak positif dan negatif yang ada di sekitar kita.


Affan Surya (MU 003 IST)

Selengkapnya.....