08 Juni, 2015

MAPALA UMSU : SELAMAT HARI LAUT SEDUNIA

Haru Biru Laut Ku
Oleh: Nuraisyah Pohan

Jalesveva Jayamahe merupakan motto atau seruan yang dapat diartikan “dilautan kita jaya”. Motto tersebut tentunya tidak berlebihan. Sebagai negara kepulauan terbesar didunia, Indonesia memiliki kepulauan sebanyak 13.466 yang tersebar di seantero nusantara dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote. Indonesia patut berbangga hati atas titipan karunia illahi tersebut. Di dalam lautnya yang biru terdapat terumbu karang yang beraneka ragam dengan laus sekitar 75.000km2 yaitu sekitar 12–15% dari total keseluruhan luas terumbu karang yang ada di bumi. Juga, dengan panjang garis pantai yang mencapai 81.000 km yang dilindungi oleh ekosistem mangrove, ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang. Indonesia dilimpahi keanekaragaman hayati dengan mempunyai 2.500 spesies molluska, 2.000 spesies krustasea, 6 spesies penyu laut, 30 mamalia laut, dan lebih dari 2.500 spesies ikan laut .
Namun kita tidak bisa hanya memandangi dan terus–menerus menikmati hasil alam bawah laut yang kita miliki. Kita selaku pemilik mutlak atas apa yang ada dipermukaan tanah dan di dasar laut Indonesia, harus berperan aktif menjaga keanekaragaman hayati yang kita miliki. Harus ada tindakan nyata yang diperbuat. Hasil penelitian oseonografi LIPI pada tahun 2013 yang mendirikan 1.135 stasiun pengamatan yang tersebar diseluruh penjuru nusantara, menunjukkan bahwa 30,4% terumbu karang dalam keadaan rusak, 37,18% dalam kondisi cukup, dan dalam kondisi baik 27,14 %, serta hanya 5,29 % dalam kondisi sangat baik. Masyarakat Indonesia tentu harus waspada atas persentase yang dirangkum oleh LIPI pada tahun 2013 tersebut. Jika kita masih saja tetap berleha–leha dalam menjaga kelestarian ekosistem laut, tentu ramalan ataupun prediksi para ahli dalam kurun waktu 20 tahun mendatang akan terjadi kerusakan terumbu karang sebesar 30% atau bahkan lebih parah. Hal ini tentu menjadi sebuah catatan bergaris merah agar senantiasa bersama diwaspadai oleh seluruh elemen masyarakat Indonesia.
Hal–hal yang dapat merusak ekosistem bawah laut khususnya terumbu karang yang paling mengerikan adalah dampak dari pemanasan global. Pemanasan global dapat meningkatkan suhu air laut sehingga dapat menyebabkan pemutihan karang (bleaching) suhu optimum untuk pertumbuhan terumbu karang yang baik adalah sekitar 26°-28° C. Kenaikan atau penurunan suhu air laut dapat berakibat pada pertumbuhan terumbu karang apabila suhu naik maka binatang karang yang merupakan partikel kecil atau biasa disebut polip akan ikut mati sehingga terjadilah pemutihan (bleaching ). Proses pembentukan koloni terumbu karang memakan waktu ratusan hingga ribuan tahun.
MAPALA UMSU dalam kegiatan Pelatihan Konservasi Terumbu Karang Tanggal 23-24 Mei 2014 di Perairan Pulau Sala Namo - Kabupaten Batubara

Bibit Terumbu Karang Jenis Acropora telah berada di dasar laut.

Sebagai pemimpin CTI (Coral Triangle initiative)yang beranggotakan Indonesia, Malaysia, Filiphina, Papua Nuigini, Kepulauan Salomon dan Timor Leste, Indonesia  harus bekerja ekstra dalam upaya pelestarian terumbu karang. Hal tersebut tampaknya sudah mulai memicu kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem terumbu karang. Hal tersebut dapat dirasakan dengan banyaknya aktivis lingkungan yang mulai mencoba merahabilitasi ekostistem terumbu karang yang rusak. Upaya pelestarian lingkungan tentu tidak dapat hanya merehabilitasi ataupun melakukan transplatasi terumbu karang tanpa memberikan edukasi ataupun sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya terumbu karang. Dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 249,9 juta jiwa dan 60 % warganya tinggal didaerah pesisir sudah selayaknyalah elemen masyarakat sadar akan potensi bahari.
hasil dari monitoring bibit terumbu karang yang di transplantasi MAPALA UMSU. monitoring dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2014 di lokasi yang sama  yakni  Perairan Pulau Salah Namo - Kabupaten Batubara.

Hutan bakau, padang lamun dan terumbu karang merupakan satu kesatuan ekosistem laut yang saling melengkapi. Terumbu karang dapat menahan gelombang tsunami, dan tak kalah pentingnya terumbu karang menjadi rumah bagi ikan–ikan karang yang beraneka ragam. Jika terumbu karang sehat tentu ikan akan menjadi banyak dan tangkapan nelayan pun akan ikut melimpah jumlahnya. Padang lamun yang juga merupakan ekosistem laut dangkal, menjadi habitat ikan–ikan kecil dan udang, juga menjadi habitat favorit dugong (ikan duyung). Dugong adalah mamalia laut yang hampir punah. Padang lamun juga bisa sebagai perangkap sedimen sehingga terhindar dari erosi. Dan yang tak kalah pentingnya adalah hutan bakau yang berfungsi menahan arus ombak laut maupun tsunami juga menjadi pengikat tanah sehingga tidak tejadi abrasi. Rantai kehidupan hutan bakau juga sangat kaya. Ikan, kepiting hingga pengelolaan buah dan pohon bakau itu sendiri sangat menjanjikan masyarakat untuk kehidupannya.
Sadar potensi wisata, dengan keberagaman flora maupun fauna dalam ekosistem bahari tentu menjadi destinasi yang sangat menarik. Mulai dari menikmati pantai dibentangan nusantara, menghayati hutan bakau dan habitatnya hingga menyelami lautan dan menyaksikan warna warni ikan karang dan gugusan terumbu karang yang tak kalah molek, kita harus mampu menjaga dan melestarikan laut Indonesi. Laut merupakan perjalanan terakhir air dari darat sebelum menuju samudera. Laut tidak pernah memilih benda apa saja yang dibawa oleh sungai. Laut tidak bisa marah ketika sungai datang dengan limbah pabrik. Laut tidak bisa marah pada sungai yang membawa limbah rumah tangga dari perkampungan warga. Laut tidak bisa marah pada pengusaha property yang membangun real estate terlalu dekat dengan pantai. Laut tidak bisa marah pada pabrik pengelolaan biji timah, pengeboran minyak, reklamasi–reklamasi kawasan bakau. Laut  tidak bisa marah. Laut akan menerima segalanya. Ia tahan semua dalam rengkuhannya yang menenangkan sampai batas ia akan murka pada perlakuan manusia, akan ia tumpahkan sekaligus kemarahannya dalam bentuk bencana alam.
Allah swt telah berfirman “Dan dialah Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging segar (ikan) dan kamu mengeluarkan dari laut itu perhiasan yang kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia–Nya dan supaya kamu bersyukur.” (An–Nahl: 14)
Manusia ditempatkan dimuka bumi adalah sebagai pemimpin dan tiap–tiap kepemimpinannya akan dimintai pertanggungjawaban di hari akhir. Apa yang ada dimuka bumi ini akan mencukupi kebutuhan seluruh ummat manusia. Namun akan kurang apabila harus dipaksa mencukupi ketamakan dankeserakahan manusia itu sendiri. Mari bersama kita jaga kelestarian lingkungan mulai dari hal kecil dan mulai dari diri sendiri.
Selamat Hari Lingkungan Hidup sedunia tanggal 5 Juni dan Hari Laut sedunia tanggal 8 Juni.


Penulis adalah mahasiswa FISIP UMSU
Kabid Diklat Mapala UMSU 2014-2015


Tidak ada komentar: